Home

Laut Indonesia Hasilkan Tsunami Tertinggi dan Tercepat Ungkap NASA

NEW YORK  – Bencana alam yang berada di Indonesia jauh sebelum tsunami Selat Sunda (22/12/2018)lalu, sudah diteliti oleh NASA dan badan antariksa lainnya. NASA pastikan Gelombang tsunami yang ada di Indonesia tidak tekanan gelombang vertikal saja akan tetapi horizontal. Gempa Bumi berkekuatan 7,5 Skala Richter yang disusul Tsunami menimpa indonesia memakan korban Jiwa hingga 1.300.

Bahkan dari penelitian NASA ini, menghasilkan teori yang menantang bahwa tsunami hanya memperoleh energi dorongan dari sebagian besar dari pergerakan vertikal dasar laut.

Baca Juga:

Google Duo mencapai 1 Miliar unduhan di PlayStore

Facebook Rancang uang digital bisa Transfer via WhatsApp

Ini bukan pertama kali gempa bumi menyebabkan kerusakan massal dan kematian di Indonesia. Terlebih lagi dengan adanya tsunami. Tapi mengapa? Jawabannya adalah kombinasi keberadaan lempeng tektonik di wilayah, bentuk garis pantai, masyarakat yang rentan dan sistem peringatan dini yang kurang prima. Semua hal itu punya peranan yang membuat tsunami di Indonesia amat berbahaya.

Namun pada tahun 2007, Tony Song, seorang ahli kelautan di Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California, mengamini teori tersebut setelah menganalisis gempa dan Tsunami Aceh 2004 yang kuat di Samudera Hindia.

Dari hasil penelitian itu, data seismograf dan GPS menunjukkan bahwa pengangkatan gelombang dasar laut secara vertikal akan menghasilkan energi yang cukup untuk menciptakan tsunami yang tinggi.

Tetapi formulasi Song dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa energi dari pergerakan horisontal dasar laut juga diperhitungkan,karena menberi dorongan gelombang yang cepat dan kuat.

Hasil itu cocok dengan data tsunami yang dikumpulkan dari trio satelit – NASA / Pusat Nasional d’Etudes Spatiales (CNES) Jason, Geosat Follow-on Angkatan Laut AS dan Satelit Lingkungan Badan Antariksa Eropa.

“Saya mulai mempertimbangkan bahwa kedua representasi keliru tersebut bertanggung jawab atas kesimpulan yang telah lama diterima tetapi menyesatkan bahwa gerakan horizontal hanya menghasilkan sedikit energi kinetik,” kata Song.

Bahkan sebuah percobaan baru menggambarkan bahwa perpindahan dasar laut horisontal menyumbang lebih dari setengah energi yang dihasilkan tsunami 2004 dan 2011.

“Dari penelitian ini, kami telah menunjukkan bahwa kita perlu melihat tidak hanya gerakan vertikal tetapi juga dasar laut untuk mendapatkan total energi yang ditransfer ke laut dan memprediksi tsunami,” kata Solomon Yim, seorang profesor sipil.

Temuan ini semakin memvalidasi pendekatan yang dikembangkan oleh Song dan rekan-rekannya yang menggunakan teknologi GPS untuk mendeteksi ukuran dan kekuatan tsunami untuk peringatan dini.

dinarabdi

Seorang mahasiswa yang ingin mencoba suatu hal baru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *